
FIK UPNVJ – Bogor – Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) IPB University sukses menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Softskill AI for Education 2025 pada Sabtu, 26 April 2025. Kegiatan yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom ini mengusung tema besar “Pengenalan Tools AI” dan diikuti oleh 30 peserta dari angkatan 59, 60, dan 61 IPB serta peserta umum. Pelatihan ini bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan pemahaman yang lebih baik mengenai teknologi kecerdasan buatan serta pemanfaatannya secara bijak dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.
Acara dibuka sejak pukul 09.00 WIB dengan serangkaian pengantar, mulai dari doa, sambutan Ketua Pelaksana, hingga pengenalan moderator dan narasumber. Materi utama disampaikan oleh Anis Fitri Nur Masruriyah, S.Kom., M.Kom., seorang dosen dari UPN “Veteran” Jakarta (UPNVJ) yang akrab disapa Ruri. Ia dikenal memiliki minat yang kuat dalam bidang Artificial Intelligence dan data mining, serta aktif dalam edukasi publik mengenai pemanfaatan AI secara etis.
Dalam paparannya, Ruri menegaskan bahwa AI bukanlah makhluk super cerdas seperti yang sering digambarkan dalam film fiksi ilmiah, melainkan sekadar alat bantu yang canggih. “AI seperti ChatGPT itu tidak benar-benar mengerti. Ia hanya memprediksi kata-kata yang paling mungkin muncul,” jelasnya. Oleh karena itu, pengguna harus tetap bijak, selektif, dan kritis dalam menggunakan teknologi ini, terutama dalam konteks akademik.
Peserta diperkenalkan pada berbagai tools AI kekinian berdasarkan fungsinya, mulai dari AI generatif seperti ChatGPT dan Jasper, AI visual seperti DALL·E dan Canva AI, hingga tools untuk musik, video, dan otomatisasi seperti Soundraw dan Google Assistant. Penjelasan disampaikan dengan ringan namun informatif, lengkap dengan contoh penggunaan yang aplikatif untuk kegiatan belajar, pembuatan konten, hingga efisiensi kerja sehari-hari.

Lebih dari sekadar pengenalan teknologi, pelatihan ini juga membahas sisi etika dan risiko penggunaan AI. Ruri menekankan pentingnya kesadaran terhadap isu hak cipta, privasi data, hingga potensi penyalahgunaan AI seperti deepfake. Ia juga mengajak peserta untuk mengenal regulasi internasional terkait AI, seperti AI Act dari Uni Eropa dan AI Bill of Rights dari Amerika Serikat, sebagai upaya global dalam mengatur perkembangan teknologi ini.
Salah satu sesi yang paling menarik perhatian peserta adalah saat Ruri membahas tentang prompt engineering, yaitu teknik menyusun pertanyaan atau instruksi yang efektif agar mendapatkan jawaban yang tepat dari AI seperti ChatGPT. “Prompt yang baik adalah prompt yang spesifik dan punya konteks yang jelas,” ujar Ruri sembari memberikan contoh bagaimana satu topik yang sama bisa menghasilkan jawaban berbeda tergantung cara bertanya.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi interaktif, pemberian cinderamata kepada narasumber, serta post-test dan dokumentasi sebagai penutup. Seluruh rangkaian acara berjalan dengan lancar dan peserta menunjukkan antusiasme tinggi sepanjang pelatihan. Banyak dari mereka mengaku mendapatkan wawasan baru dan lebih percaya diri untuk mulai memanfaatkan AI dalam aktivitas sehari-hari.
Dengan berakhirnya pelatihan ini, HIMASITA IPB berharap mahasiswa dapat menjadi pengguna AI yang adaptif, kreatif, dan bertanggung jawab. AI tidak dilihat sebagai ancaman, melainkan sebagai peluang besar yang jika dimanfaatkan dengan benar, dapat membantu generasi muda mengekspresikan potensi terbaik dalam diri mereka di era digital.