Kulim Kedah, 2 Juni 2024. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan asasi manusia. Melalui pendidikan seorang manusia akan dapat merencanakan masa depannya. Tanpa pendidikan, maka manusia bukan saja tak mampu merancang masa depannya, namun berpotensi menjadi pelaku kriminal. Semua manusia butuh makan, dan makan perlu dana. Untuk mendapatkan suplai dana, manusia perlu bekerja. Agar mendapatkan pekerjaan yang layak, manusia perlu meningkatkan level pendidikan. Makin tinggi pendidikan tentu mempermudah anak bangsa mendapatkan mata pencaharian. Menyadari pentingnya pendidikan, pemerintah telah menetapkan program wajib belajar 12 tahun, dan alokasi anggaran pendidikan 20%.

Wajib belajar tentu harus menjadikan pendidikan terjangkau oleh siapapun anak bangsa Indonesia. Masalah berikutnya adalah siapa sajakah yang diakui sebagai anak bangsa Indonesia. Pertanyaan ini muncul karena ternyata ada anak-anak TKI yang secara dokumen tidak lengkap sehingga beberapa haknya tidak dapat dipenuhi, termasuk hak pendidikan. Jumlah TKI di Malaysia terhitung banyak (sekitar 2 Juta orang), dan sebagiannya irreguler, yang menyebabkan anak-anak mereka juga irreguler, sehingga tidak ada fasilitas pendidikan yang dapat mereka akses.

Prihatin dengan keadaan ini, Pertubuhan Masyarakat Indonesia (Permai) Pulau Pinang menginisiasi terwujudnya sanggar belajar untuk mereka. Pak Khozaeni yang biasanya dipanggil Pak’e oleh anak-anak, juga disebut sebagai “Kepala Sekolah” mengatakan TKI merupakan penyumbang devisa terbesar, namun anak-anak mereka belum diperhatikan sewajarnya. Kami menginisiasi sanggar ini sejak dua tahun lalu, dan mendapat dukungan dari KBRI sehingga kini telah terwujud sekitar 48 sanggar se Malaysia.

Prof. Supriyanto, Dekan Fakultas Ilmu Komputer UPN “Veteran” Jakarta berkesempatan mengunjungi sanggar belajar Permai Kulim, Kedah pada 2 Juni 2024, setelah sebelumnya melakukan pengabdian masyarakat tentang literasi digital di Sanggar Belajar Permai Pulau Pinang sehari sebelumnya. Beliau ditemani Pak Khozaeni melihat pemadangan sebuah rumah sewa, yang terdapat sekitar 20 an anak-anak sedang belajar ditemani ibu-ibu dan mahasiswi. Pak Dekan menyampaikan apresiasinya kepada Pengurus Permai PP yang di sela-sela kesibukannya mencari nafkah di negeri jiran masih mau memperhatikan anak-anak tersebut. Beliau mengatakan “Saya merasa bahagia melihat anak-anak semangat belajar dan mengapresiasi bapak ibu yang bersedia mengajar mereka, semoga usaha bapak ibu dimudahkan sehingga suatu saat anak-anak ini mendapatkan cita-citanya”. Pak Mukhatib yang menyambut rombongan dari UPNVJ mengatakan, “ternyata kesadaran menyekolahkan anak TKI masih perlu dibangun pak, kami setiap hari menjemput mereka di ladang-ladang agar mau belajar di sini. Salah satu ibu mereka bilang tak sekolah tak masalah, asal bisa kerja dan cari makan. Kami memberikan pandangan lain, dan mengajak anaknya belajar. Alhamdulillah mulai ada perbuahan baik, setelah mellihat anaknya bisa membaca dan berhitung”.

Pk Khozaeni menyampaikan operasional sanggar ini tidaklah kecil, namun dengan keyakinan pekerjaan baik akan dimudahkan oleh Allah, ternyata kami bisa bertahan hingga sekarang. Di akhir pertemuan, Prof Supriyanto berjanji akan menyampaikan hal ini pada Pimpinan UPNVJ sehingga perhatian terhadap pendidikan anak-anak TKI menjadi pertimbangan. Harapannya, pimpinan dapat mempertimbangkan pengiriman mahasiswa untuk membantu mengajar di sana dalam  bentuk KKN Internasional. Permai PP siap untuk berkolaborasi dengan institusi dalam negeri yang mememiliki perhatian pada pengentasan kebodohan yang mengancam para anak-anak TKI irreguler.

Share