FIK UPNVJ – Pada Sabtu, 30 Agustus 2025, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Komputer Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) menyelenggarakan Diskusi Publik Bahas Isu Terkini (BIT) 2025 yang merupakan program kerja Departemen Kajian Strategis dan Advokasi. Diskusi publik ini mengangkat tema “Generasi Muda dalam Krisis Ketenagakerjaan: Terjebak di Tengah Sistem yang Tak Siap Mengakomodasi Masa Depan”. Acara ini dibuka dengan sambutan dari Nia Anggraini selaku Ketua Pelaksana BIT 2025 dan Patricia Nessa Mae selaku Ketua BEM Fakultas Ilmu Komputer UPN “Veteran” Jakarta.

Diskusi Publik ini diikuti oleh lebih dari 350 mahasiswa umum melalui Zoom Cloud Meetings pukul 13.00 – 15.30. Menghadirkan narasumber kompeten dari Pemerintahan, yaitu Pak Dwi Wijayanto Rio Sambodo, S.E., M.M. atau biasa dipanggil Pak Rio Anggota DPRD Komisi B DKI Jakarta, serta Non-Pemerintahan, Pak Agung Baskoro atau biasa dipanggil Pak Abas Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis.

Pak Rio selaku anggota DPRD Komisi B DKI Jakarta memaparkan tantangan ketenagakerjaan generasi muda di Jakarta sangat kompleks, mulai dari ketidaksesuaian keterampilan dengan kebutuhan industri, terbatasnya akses pelatihan digital, hingga minimnya perlindungan bagi pekerja nonformal. DPRD DKI Jakarta melalui Komisi B telah menyiapkan berbagai langkah konkret, seperti program vokasi, pembangunan pusat pelatihan digital di setiap wilayah, penyederhanaan izin usaha untuk startup anak muda, serta insentif bagi perusahaan yang mau merekrut lulusan baru.

Pak Rio juga mengatakan, bahwa DPRD mendorong reformasi ketenagakerjaan berbasis digitalisasi dan pemetaan skill masa depan dengan big data dan AI. Intinya, generasi muda dipandang sebagai kunci masa depan Jakarta, sehingga perlu dukungan penuh agar mampu bersaing secara adil, kompetitif, dan siap menghadapi tantangan global menuju 2045.

Sesi Penyampaian Materi Kedua Narsum

Pak Abas memaparkan persoalan pengangguran muda bukan sekadar masalah ekonomi, melainkan juga masalah politik. Tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z, termasuk lulusan pendidikan tinggi, tidak bisa dilepaskan dari pilihan politik dalam merancang kurikulum, mengalokasikan anggaran, hingga melahirkan regulasi seperti UU Ketenagakerjaan dan Omnibus Law yang lebih sering menguntungkan pemodal dibanding pekerja muda. Realitas saat ini menunjukkan mayoritas generasi muda bekerja di sektor informal dan gig economy tanpa jaminan sosial yang layak, sementara disrupsi teknologi dan AI membuat sebagian besar keterampilan kerja berpotensi usang dalam lima tahun ke depan.

Sesi Diskusi

Karena itu, menurut Pak Abas isu ketenagakerjaan harus dilihat sebagai persoalan struktural yang membutuhkan narasi besar, advokasi, dan keterlibatan aktif generasi muda dalam ruang publik maupun politik formal. Jika generasi muda hanya pasif menerima keadaan, maka bonus demografi akan berubah menjadi bonus pengangguran, namun jika mampu bersatu membangun kesadaran kolektif, menggerakkan narasi digital, dan menekan pembuat kebijakan, mereka dapat mendesain ulang masa depan ketenagakerjaan Indonesia yang lebih adil dan berkelanjutan.

Sesi Penyerahan Sertifikat

Adapun sesi diskusi antara peserta dan kedua narasumber, baik bertanya langsung atau bertanya melalui kolom chat zoom. Sesi diskusi ini dapat disimpulkan bahwa generasi muda harus membekali diri dengan keterampilan digital, berpikir kritis, serta meningkatkan daya saing global, sementara pemerintah dan lembaga legislatif dituntut untuk menghadirkan kebijakan yang lebih berpihak pada penciptaan lapangan kerja dan perlindungan tenaga kerja muda. Acara ditutup dengan penyerahan sertifikat kepada narasumber. Diharapkan kegiatan ini dapat menjadi momentum bagi mahasiswa untuk lebih peka terhadap isu ketenagakerjaan dan berkontribusi dalam mencari solusi bagi bangsa.

Share